Riya’ sangat berbahaya bagi seorang muslim dan bagi amal perbuatan yang ia kerjakan. Berikut di antara bahaya riya’:
1). Merupakan sifat orang-orang munafik. (QS. an-Nisa’: 142) 2). Termasuk dosa besar. 3). Dapat menghapuskan amalan yang dikerjakan seseorang. 4). Menyebabkan datangnya murka Allah kepada pelaku riya’. 5). Mengubah amal saleh menjadi amal buruk, seharusnya pelakunya mendapatkan pahala dari amalannya, namun sebaliknya ia malah mendapat dosa karena riya’-nya.
6). Dapat menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka, bahkan neraka pertama kali akan dipanaskan bagi para pelaku riya’. (HR. Muslim)
7). Merupakan dosa yang paling ditakuti oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. (HR. Ahmad)
8). Pelakunya akan dipermalukan di hadapan makhluk seluruhnya pada hari kiamat.
Semoga Allah ta'ala melindungi dan menjauhkan kita dari riya'. Allahumma aamiiin.
1). Merupakan sifat orang-orang munafik. (QS. an-Nisa’: 142) 2). Termasuk dosa besar. 3). Dapat menghapuskan amalan yang dikerjakan seseorang. 4). Menyebabkan datangnya murka Allah kepada pelaku riya’. 5). Mengubah amal saleh menjadi amal buruk, seharusnya pelakunya mendapatkan pahala dari amalannya, namun sebaliknya ia malah mendapat dosa karena riya’-nya.
6). Dapat menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka, bahkan neraka pertama kali akan dipanaskan bagi para pelaku riya’. (HR. Muslim)
7). Merupakan dosa yang paling ditakuti oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. (HR. Ahmad)
8). Pelakunya akan dipermalukan di hadapan makhluk seluruhnya pada hari kiamat.
Semoga Allah ta'ala melindungi dan menjauhkan kita dari riya'. Allahumma aamiiin.
Abu
Hamid Al-Gozzali rahimahullah menyebutkan bahwa seseorang tidak akan
bisa terlepas dari riya’ kecuali dengan usaha keras dan perjuangan untuk
menaklukkan kuatnya nafsu syahwat. Hal itu bisa digapai dengan dua
hal:
PERTAMA: mencabut akar riya’ dan memotong dari dasarnya, yaitu menyukai nikmatnya pujian, menjauh dari rasa sakit celaan dan tidak tamak terhadap apa yang ada pada manusia. Kesemua ini masuk dalam kategori cinta kedudukan.
Dengan kata lain, menjauhkan diri dari sifat suka dipuji dan cinta kedudukan.
KEDUA: Menyingsingkan lengan baju untuk menolak bisikan riya’ yang datang menyapa dengan segala sebab-sebabnya. Dalam hal ini ada tiga sebab: tahu orang lain melihatnya dan berharap mereka benar-benar melihatnya, bergetarnya keinginan hati untuk dipuji mereka, dan mendapatkan kedudukan di sisi mereka.
Dengan kata lain, menjauhkan diri dari segala sebab yang dapat mendatangkan riya’.
Selain dua cara yang ditawarkan Abu Hamid al-Ghozzali rahimahullah di atas, ulama lainnya menjelaskan cara lainnya yakni membiasakan diri menyembunyikan berbagai macam ibadah, sehingga hati ini benar-benar puas dengan wajah Allah dan tidak mencari wajah-wajah selain Allah. Meskipun pada mulanya ia merasa kesulitan namun selanjutnya insya Allah ia akan merasa ringan dalam melakukannya dengan pertolongan dan kemudahan dari Allah subhanahu wa ta'ala.
Dengan kata lain, menjauhkan diri dari sifat suka dipuji dan cinta kedudukan.
KEDUA: Menyingsingkan lengan baju untuk menolak bisikan riya’ yang datang menyapa dengan segala sebab-sebabnya. Dalam hal ini ada tiga sebab: tahu orang lain melihatnya dan berharap mereka benar-benar melihatnya, bergetarnya keinginan hati untuk dipuji mereka, dan mendapatkan kedudukan di sisi mereka.
Dengan kata lain, menjauhkan diri dari segala sebab yang dapat mendatangkan riya’.
Selain dua cara yang ditawarkan Abu Hamid al-Ghozzali rahimahullah di atas, ulama lainnya menjelaskan cara lainnya yakni membiasakan diri menyembunyikan berbagai macam ibadah, sehingga hati ini benar-benar puas dengan wajah Allah dan tidak mencari wajah-wajah selain Allah. Meskipun pada mulanya ia merasa kesulitan namun selanjutnya insya Allah ia akan merasa ringan dalam melakukannya dengan pertolongan dan kemudahan dari Allah subhanahu wa ta'ala.
Abu Hamid al-Ghozzali rahimahullah menyebutkan lima
macam riya’. Begitu mengerikan, karena diri kita hampir tidak selamat
darinya. Kita memohon kepada Allah agar dihindarkan dari riya’ dengan
berbagai macam bentuknya.
PERTAMA: Riya’ dengan anggota badan.
Seperti menampakkan kekurusan badan dan muka pucat agar dikira begitu bersemangat beribadah, begitu besar kekhawatirannya terhadap agama dan sangat takut kepada akhirat.
KEDUA: Riya’ dengan pakaian.
Seperti membiarkan rambut acak-acakan, membuat-buat bekas sujud di wajah, mengenakan pakaian tebal, tidak membersihkan baju dan membiarkannya rusak atau berlubang. Semua itu ia lakukan untuk menunjukkan bahwa dirinya mengikuti sunah.
KETIGA: Riya’ dengan ucapan.
Hal ini terjadi pada diri orang-orang yang suka memberi nasihat, peringatan, menyampaikan hikmah, riwayat dan atsar, ketika disampaikan dengan niat untuk menampakkan derasnya ilmu yang ia miliki. Bisa juga dengan menyibukkan diri dengan berzikir, amar makruf dan nahi munkar di hadapan manusia (dengan niat agar dilihat orang lain).
KEEMPAT: Riya’ dengan amalan.
Seperti riya’-nya orang yang salat dengan memanjangkan berdiri, ruku’, sujud dan lain-lain (dengan niat dipuji orang lain).
KELIMA: Riya’ dengan teman dan tamu.
Seperti meminta kepada seorang ulama untuk berkunjung ke rumahnya agar dikatakan bahwa Syaikh fulan telah mengunjunginya.
Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan.
KEDUA: Riya’ dengan pakaian.
Seperti membiarkan rambut acak-acakan, membuat-buat bekas sujud di wajah, mengenakan pakaian tebal, tidak membersihkan baju dan membiarkannya rusak atau berlubang. Semua itu ia lakukan untuk menunjukkan bahwa dirinya mengikuti sunah.
KETIGA: Riya’ dengan ucapan.
Hal ini terjadi pada diri orang-orang yang suka memberi nasihat, peringatan, menyampaikan hikmah, riwayat dan atsar, ketika disampaikan dengan niat untuk menampakkan derasnya ilmu yang ia miliki. Bisa juga dengan menyibukkan diri dengan berzikir, amar makruf dan nahi munkar di hadapan manusia (dengan niat agar dilihat orang lain).
KEEMPAT: Riya’ dengan amalan.
Seperti riya’-nya orang yang salat dengan memanjangkan berdiri, ruku’, sujud dan lain-lain (dengan niat dipuji orang lain).
KELIMA: Riya’ dengan teman dan tamu.
Seperti meminta kepada seorang ulama untuk berkunjung ke rumahnya agar dikatakan bahwa Syaikh fulan telah mengunjunginya.
Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar